CIAMIS,-
Bupati Ciamis, Herdiat Sunarya, membuka resmi acara pembinaan bagi Pengawas,
Penilik, dan Kepala Sekolah se-Kabupaten Ciamis, mulai dari tingkat TK hingga
SMP di Gedung Islamic Center Ciamis, Selasa (31/10/2023).
Dalam arahannya, dihadapan sekira
1.200 tenaga pendidik, Bupati Ciamis mengungkapkan pandangan positifnya terkait
diberlakukannya Kurikulum Merdeka yang baru. Dan meyakini kurikulum ini
memiliki potensi besar untuk mempercepat cara berpikir dan pembelajaran
anak-anak.
Bupati menekankan pentingnya
menjadi bijak dan berhati-hati dalam melaksanakan program-program yang terdapat
dalam Kurikulum Merdeka. Salah satu aspek utama dalam kurikulum ini adalah
penekanan pada toleransi antar umat beragama.
Menurut Bupati, toleransi
merupakan hal yang sangat penting, namun harus dilakukan dengan bijaksana.
"Kita semua wajib saling
menghormati dan menghargai antar umat beragama, tapi kita tidak perlu sampai
terlalu mendalami agama lainnya. Siswa TK, SD, dan SMP masih dalam tahap
perkembangan mental dan pendiriannya yang perlu diperkuat. Pengaruh luar dapat
dengan mudah memengaruhi mereka, sehingga para pihak, terutama sekolah dan
tenaga pendidik, perlu pandai dalam menghadapi Kurikulum Merdeka ini," jelasnya.
Bupati berharap, pihak
sekolah, khususnya para tenaga pendidik, memberikan contoh yang baik kepada
anak-anak atau peserta didik. Para pendidik memiliki tanggung jawab berat,
terutama dalam membentuk akhlak dan mental spiritual anak-anak.
Bupati Ciamis berharap agar
mental anak-anak menjadi kuat, bukan hanya dari segi jasmani, tetapi juga
rohani. Apalagi menyongsong Indonesia Emas pada tahun 2045.
Bupati mengajak kepala sekolah
untuk bekerja sama dengan para ulama dan kiai di wilayah sekolah mereka
masing-masing.
“Kerja sama ini bertujuan
untuk menambahkan jam pelajaran keagamaan di sekolah, dimulai dari tingkat TK. Langkah
ini akan membantu meningkatkan keimanan dan ketakwaan anak-anak, yang merupakan
fondasi penting dalam pembentukan karakter generasi muda,” jelasnya.
Sementara perwakilan dari Forum
Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Ciamis, Dr. Sumadi mengakui, Kampung
Kerukunan Beragama yang diresmikan Bupati Ciamis fungsinya menjadi sosialisasi masyarakat
Ciamis ini rukun, dan menjadi labolatorium pembelajaran kerukunan bagi mahasiswa
atau siswa SLTA, bahkan ada kurikulum mutualisme.
“Terkait siswa SLTP yang berkunjung
ke gereja, dalam perspektif kurikulum nasional kunjungan anak sekolah ke
Kampung Kerukunan ini tidak bermasalah, bahkan saya dengar mereka seizin orangtua.
Dan perlu diketahui disana tidak hanya berkunjung ke gereja saja, bahkan terdapat
tokoh agama masing masing,” jelasnya.
Menurutnya, yang terjadi
disana adalah anak mengenal secara langsung berbagai bangsa budaya termasuk
agama-agama, karena kurikulum ini harus Berkebhinekaan Global bukan Bhineka Tunggal
Ika lagi, dalam perspektif kerukuan FKUB ini tidak ada masalah.
Ditegaskan, jika ditinjau dari
psikologi perkembangan anak usia 6-12 tahun itu sudah sangat cerdas. Justru proyeksi
pemerintah bagaimana mensosialisasikan moderasi kerukunan sejak dini.
“Ini prospektif keilmuan, dalam
konteks ini saya mewakili FKUB, di Ciamis harus tetap rukun, jika terjadi kekhawtiran
itu hal yang wajar. Justru karakter itu harus dibentuk sejak dini, kita juga harus
menerima dan mendengar nasehat atau masukan para ulama dan tetap terbuka,”
jelasnya.
Sementara secara
prospektif kurikulum, perundang-undangan,
keilmuan psikologis itu sesuatu yang baik, karena di Kampung Kerukunan itu
kumplit semua tempat beribadah ada. (Nank/Eda)*
0 Comments