BAREGBEG,- Pertumbuhan anak balita yang tidak normal karena terlahir pendek dan berat badannya tidak sesuai dengan balita seusianya (Stunting) di Kabupaten Ciamis kini tercatat 4.773 balita. Data tersbut berdasarkan hasil bulan penimbangan terakhir tahun 2020.
Meskipun terjadi penurunan selama lima tahun terakhir, sebelumnya tercatat 6.326 balita tahun 2016, 5.305 tahun 2017, 4.802 pada 2018 dan 4.814 kasus di tahun 2019, Pemkab Ciamis terus berupaya mencegah kasus stunting.
Melalui kegiatan “Ngopi Sehat dengan Cinta” Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis menghadirkan narasumber dari Bappeda dan Dinas Pemberdayaan Masyarajat dan Desa (DPMD) mengupas permasalahan dan solusi stunting bersama para jurnalis di Sawah Jati Saguling, Kecamatan Baregbeg, Kamis (11/11/2021).
Menurut
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, dr. Yoyo, sosialisasi dilakukan dlaam upaya
meningkatkan peran lintas sektor dalam mendukung program kesehatan dan Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat (Germas).
“Upaya penanggulangan penyakit menular maupun penyakit yang tidak menular harus melibatkan semua sektor, termasuk jurnalis untuk memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat,” katanya.
Menurut Yoyo, semua harus lebih peka terhadap keadaan lingkungan sekitar agar bisa meningkatkan pengetahuan adanya penyakit yang sedang mewabah seperti HIV, DBD, stunting dan penyakit lainnya. Ketika semua orang mengetahui jenis penyakit yang sedang mewabah, paling tidak bisa melakukan penangulangan dengan cara menghindari dan mengatasinya.
Kabid Promkes Dinkes Ciamis, dr. Eni Rochaeni yang mengakui kasus stunting terjadi akibat kekurangan gizi secara kronis (gizi buruk), salah satunya karena faktor kemiskinan. Jadi, kasus stunting tidak hanya masalah kesehatan tapi juga masalah sektor lainnya.
“Intervensi yang dilakukan bidang kesehatan hanya 30 persen, 70 persen lagi dari dinas lain. Seperti faktor kemiskinan menjadi salah satu penyebab munculnya stunting karena ibu hamil tidak terjamin kesehatannya, sehingga harus terus dipantau Posyandu,” katanya.
Duakuinya, sebanyak 1.603 posyandu dan 36 puskesmas tersebar di 27 kecamatan di Kabupaten Ciamis yang melibatkan belasan ribu kader rutin melakukan penimbangan balita, termasuk melayani perkembangan kesehatan ibu hamil.
“Stunting terjadi akibat kekurangan gizi kronis akan melahirkan anak dengan berat badan kurang dari 2,75 kg dan tinggi kurang dari 48 cm yang akan menimbulkan rendahnya kecerdasan anak. Stunting umumnya keluarga miskin yang sulit mendapatkan makanan bergizi,” kataya.
Dokter yang akrab disapa Dokter Cinta itu menegaskan, dalam penanggulangan stunting diharapkan Desa Siaga jatuh cinta untuk hidup bersih dan sehat.
Sementara Kasi Pemberdayaan Partisiasi dan Swadaya Masyarakat DPMD Kabupaten Ciamis, Budi Setiawan mengakui pentingnya edukasi kepada masyarakat terkait stunting, dan pihaknya selama ini terus melakukan sosialisasi langsung kepada setiap desa agar bisa mengetahui cara penanggulangan stunting secara langsung.
Pihaknya pun sudah melakukan sosialisasi kepada desa-desa agar melakukan penguatan penanggulangan stunting di Pemdes melalui penyusunan APBDes karena regulasinya sudah aman dan jelas.
“Mari kita saling bahu-membahu menangulangi stunting, sehingga angka kelahiran anak yang stunting bisa ditekan sejak dini melalui Program Desa Siaga untuk melahirkan generasai penerus bangsa yang terbebas stunting,” katanya.
Hal senada diungkapan, Kasubid Pembangunan Manusia pada Bappeda Kabupaten Ciamis, Dedeng Nurkholik yang mengakui, pihaknya akan gerak bersama dalam mencegah stunting.
“Bappeda
Geber Stunting yang artinya Gerak Bersama dalam mencegah stunting itu penting,”
tegasnya. (cZ-01)**
0 Comments