CIAMIS,- Meskipun beberapa strategi inovasi penanganan stunting di Kabupaten Ciamis sudah dilakukan, namun berdasarkan data Studi Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) prevalensi stunting Kabupaten Ciamis masih tinggi, yaitu 24,21 persen.
Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, dr. Yoyo daam acara Strategi Komunikasi Program Pencegahan dan Penanganan Stunting di Kabupaten Ciamis bersama Universitas Padjajaran di salahsatu hotel di Ciamis, Kamis (09/09/2021).
Menurut dr. Yoyo, inovasi yang dilakukan diantaranya penjualan payung sanitasi yang hasilnya digunakan untuk pembuatan sanitasi di masyarakat yang membutuhkan.
Selain itu juga Gerakan Lawan Stunting dengan Ciptakan Jamban dan Lingkungan Sehat Sekitar Kita yang disingkat menjadi GELAS CINTA. Gerakan Peduli Stunting Wilayah Kerja Puskesmas Imbanagara (GPS WIPI) yang merupakan kepedulian semua pihak dalam penurunan stunting dan program Gerakan Upaya Mencegah dan Peduli Stunting (GUMELIS).
Sementara pihak Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Dede Hadiyati mengatakan, terjadinya stunting bisa dimulai dari hal kecil yang disepelekan, selain asupan gizi yang sering terjadi karena banyaknya penitipan asuhan anak kepada orang lain dengan alasan kesibukan kerja.
“Hal tersebut berbahaya karena akan berpengaruh terhadap kebiasaan anak yang akan meniru kepada pengasuhnya,” katanya.
Seain itu, kurangnya pengetahuan penanganan maupun ciri-ciri stunting baik secara pribadi maupun individual di lingkungan masyarakat.
Namau Dede menegaskan, stunting berhubungan dengan keturunan dan masih bisa disembuhkan.
Dede mengajak agar menumbuhkan kesadaran dan pemahaman tersebut bisa dimulai dari masifnya sosialisasi komunikasi.
“Yang menjadi tujuan khusus pentingnya sosialisasi komunikasi tersebut adalah akan terbentuknya regulasi atau kebijakan di tingkat kabupaten/kota terkait KPP dalam pencegahan stunting. Indikatornya adalah sebanyak 514 kabupaten/kota menerbitkan regulasi/kebijakan terkait KPP dalam pencegahan stunting pada tahun 2024,” jelasnya.
Selain itu juga terlaksananya peningkatan kapasitas komunikasi antar pribadi bagi tenaga kesehatan terutamanya bidan, perawat, petugas gizi, petugas promosi kesehatan dan petugas sanitasi di Puskesmas, dan terlaksananya peningkatan kapasitas komunikasi antar pribadi bagi kader Posyandu.
"Yang
paling terpenting adalah kita harus terus menjaga sinergitas serta melakukan
pemantauan dan evaluasi secara berkelanjutan,” pungkasnya. (CWcZ-01)**
0 Comments