ciamiszone.com :
CIAMIS,- Ekonomi kerakyatan
harus tumbuh dan berkembang benar-benar dari bawah dengan system kegotongroyongan
melalui kerjasama kelompok-kelompok dan pemerintah. Membangun kegotongroyongan
adalah intisari revolusi mental, apa pun yang ada di pemerintahan harus bisa melihat
hasilnya supaya ada perubahan di lapangan.
Hal
itu diungkapkan Direktur Bina Perhutanan Sosial, Wiratno dari Dirjend
BPDAS-PS (Balai Pengelola Daerah Aliran Sungai - Perhutanan Sosial), didampingi
Kadishutbun Kab. Ciamis, Ir. Nana Supriatna di Aula Dishutbun Ciamis, Jum’at
(12/12/14).
Dalam
sosialisasi hutan rakyat yang dihadiri oleh sejumlah kelompok tani, unsur
pemuda, LSM dan kalangan pesantren itu, Wiratno mengatakan, blusukan dirinya ke
Ciamis untuk membangun hutan rakyat yang lestari, karena Ciamis dinilai merupakan
hulu dari DAS Cintanduy.
“Kenapa saya blusukan ke lapangan? karena ke
lapangan itu kita bisa langsung mengetahui permasalahan dan bisa mencarikan
solusi. Solusinya apa? nanti pemerintah jangan hanya ngomong doang, untuk itu
saya hadir turun ke lapangan, apa gunanya pemerintah. Inilah pemerintahan baru
kita dengan tata nilai baru membangkitkan partisipasi dari bawah,” katanya.
Menurut
Wiratno, hulu DAS Citanduy jangan dikeruk untuk sejumlah proyek oleh PU atau
yang lainnya. “Jokowi tidak mau ada hulu atau pun sumber-sumber mata air dari
sejumlah kaki gunung dikeruk hanya untuk proyek, ini harus distop, kondisi hulu
harus benar,” tegasnya.
Selain
memperhatikan keberadaan hulu, blusukannya ke Ciamis sebagai upaya dibangunnya
unit menejemen berdasarkan data dan informasi yang akurat dari pemetaan
partisipatif.
“Jika
hutan rakyat dikelola sendiri-sendiri nanti harganya tergantung pada pembeli
dan pengumpulnya, tapi dalam bentuk unit manajemen nanti jika akan menebang
digulirkan menjadi tunda tebang karena ada subsidi dari kelompok atau perbankan
yang bisa membantu. Menunngu tujuh tahun dulu agar harganya lebih tinggi. Substansi
perubahan masyarakat menjadi kuat berdiri di kaki sendiri (berdikari) tidak
terjebak dalam system ijon,” katanya.
Menyinggung
ketersediaan bibit, Wiratno mengakui, pemerintah melalui BPDAS sudah menyiapkan
sejumlah bibit gratis, tinggal mengajukan permohonan sesuai peruntukannya.
Jika pun ada permasalahan terhadap bibit yang terkena penyakit akan dicarikan
solusinya, seperti mengganti jenis bibit dengan jenis yang anti penyakit.
Sementara
Ketua Umum Paguyuban Peduli Alam dan Lingkungan Galuh Asri (Pedal Gas) Ciamis,
Noer JM sangat mengapresiasi program yang digulirkan pemerintah itu, namun pihaknya
mengingtakan jangan sampai hanya menitikberatkan pada nilai-nilai ekonomi dan sosial saja.
“Jangan
hanya menitikberatkan pada nilai ekonomi, tapi harus melihat nilai-nilai ekologinya
sebagai penyeimbang ekosistem yang ada hingga akan tetap terjaga,” kata Noer
JM.
Dijelaskannya,
hal ini perlu disosialisasikan kepada masyarakat, agar mereka tidak salah
langkah dalam proses penggarapan lahan yang ada. Sehingga pohon-pohon produksi
tetap berkembang dan tidak mengganggu tanaman konservasi yang bernilai resapan
air tinggi. (cZ-01)*
0 Comments