Lili Suparli, M.Sen: “Seni Tradisi Akan Musnah?”

ciamiszone.com :

CIAMIS,- Diera globalisasi saat ini, berbagai kesenian tradisional atau komvensional akan mati dan musnah jika tidak ada kreativitas dari para pelaku dan praktisi seni itu sendiri akibat tergerus arus globalisasi dengan masuknya seni asing ke tanah air.

Hal itu diungkapkan Lili Suparli, M.Sen, seorang Dosen Karawitan STSI Bandung saat memberikan materi dengan judul “Kearifan Lokal Dalam Prespektif Global” pada acara Workshop Praktisi Seni se-Kab. Ciamis yang digelar Seksi Pembinaan Kesenian dan Perfilman, Bidang Bebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Ciamis, di Aula GOR Ayoe Ciamis, Kamis (27/11/14).

Menurut Lili, agar seni tradisi tidak mati dan musnah, kembali kepada para pelaku dan praktisi seni dalam menyikapi globalisasi dengan masuknya budaya barat. Mereka harus “motekar” atau kreatif melalui kreativitas disesuaikan dengan perkembangan zaman, sehingga seni tradisi tidak lagi dipandang ketinggalan zaman dan membosankan karena munculnya produk-produk seni baru hasil kreativitas sebagai pengembangan seni tradisi.

Kreativitas dimaksud, menurut Lili, pembaharuan yang masih dalam batasan koridor tradisi, jangan punya anggapan tradisi tidak bisa dirubah karena mempertahankan “keaslian” tetapi dikembangan hingga bisa menjadi seni kontemporer setelah diperbaharuan atas dasar pemikiran kreatif seniman.

“Dikemudian hari, produk kontemporer ini jika diterima masyarakat tidak menutup kemungkinan ditahun yang akan datang akan menjadi seni tradisi. Begitu juga sebaliknya, jika seni tradisi atau pun kontemporer tidak diperbaharui dan dibiarkan berjalan seperti biasanya dengan dalih ‘pelestarian’ lama-lama akan membosankan dan ditinggalkan hingga akhirnya musnah,” katanya.

Solusinnya, menurut Lili, para praktisi atau pelaku seni harus bisa menghilangkan pemikiran bahwa tradisi sebagai benda mati yang statis, tatapi tradisi adalah dinamis yang berkembang sesuai zamannya.

Selain itu, tradisi harus dikemas dalam ruang lingkup karakteristik tradisinya, dan dikemas dalam tampilan baru dengan durasi yang lebih singkat. Setelah itu bangun dan manfaatkan ruang-ruang publik serta memanfaatkan teknologi informasi sebagai media penampil kesenian.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Ciamis, Drs. H. Toto Marwoto, M.Pd mengakui, melalui workshop ini diharapkan kesenian tradisi yang ada di Ciamis berkembang diera globalisasi.

“Dengan perubahan nomenklatur, secara kedinasan kebudayaan di Ciamis kini tangungjawab Disdikbud yang sebelumnya berada dibawah Dinas Pariwisata,” katanya.

Sementara Ketua Panpel yang juga Kasi Pembinaan Kesenian dan Perfilman, H. Dedi Koesmana, S.Pd mengakui, seminar atau workshop bertujuan selain untuk meningkatkan silaturahmi antara pelaku dan parkatisi seni, juga untuk menyamakan persepsi pengembangan seni budaya daerah.

“Selain itu juga diharapkan lebih kooperatif dalam koordinasi dan kerjasama antara pemerintah dengan para pelaku dan praktisi seni,” katanya seraya mengakui para peserta terdiri dari para pelaku dan praktisi seni, wakil padepokan/sanggar/paguyuban, wadah oraganisasi seni yang merupakan binaan UPTD Dikbud se-Kab. Ciamis. (cZ-01)*
 

Post a Comment

0 Comments