ciamiszone.com :
Dalam lakon Mustika Cupumanik Imandaya, menurut Wawan, adalah sebuah mustika yang diturunkan Dewa Guru dari Jagat Suralaya untuk keberkahan, keselamatan, kemulian umat manusia di marcapada. Siapa yang bisa memiliki Mustika tersebut Insya Alloh hidupnya penuh berkah kemulian lahir dan batin, akan menjadi insan kamil mukamil bila serius menekuninya.
CIAMIS,- Sebelum menggelar pertunjukannya
memenuhi undangan kalikedua dari panitia International Folk Festival 7-11
Agustus 2014 di Kota Bangalore India, dengan tema Wayang Ajen menuju peradaban
dunia, Wayang Ajen akan tampil di Panjalu dalam rangka Maulid Pesantren
Sirnarasa ke-34, dan sesepuh pesantren Abah Aos ke-70, Senin (04/08/14) mulai
pukul 20.00 sd. selesai.
Wayang
Ajen adalah wayang golek kreasi dari seni tradisi yang kreatif dan bersinergi
dengan teknologi lahirlah Wayang Golek Sunda yang bisa dinikmati berbagai kalangan
etnik.
Sebagai
nama kebesaran karya cipta Dalang Wawan Ajen teureuh Panjalu yang mencoba
mengolah dan mengeksplor seni wayang golek tradisi yang mendunia. Nama Wayang Ajen
sendiri diberikan sang tokoh budayawan Dr. Arthur S. Nalan (mantan ketua
Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung yang artinya, ajen adalah saling
menghargai, saling ngajenan itulah yang menjadi konsep dasar terciptanya nama Wayang
Ajen.
Dalam
persiapan pertunjukan yang akan dilakukannya tanggal 4 Agustus 2014 di Pesantren
Sirnarasa Panjalu itu, Dalang Wawan Ajen akan menggelar karya lakon terbarunya
yang dirancang disesuaikan dengan tema pesantren, yaitu lakon "Mustika
Cupumanik Imandaya" sebuah lakon wayang sufi digagas.
Menurut
Wawan Ajen, tokoh-tokoh wayang Mahabarata seperti Kurawa dan Pandawa
sebagai setting dalam pementasan ini adalah untuk mempermudah komunikasi dan
interaksi dalang sebagai penyaji dengan penonton yang sudah merasa akrab dengan
sosok dan nama-nama yang populer dalam wayang golek Sunda.
“Namun
tema dan pesan moral lakon diciptakan dengan alur pesantren. Ajaran tasawuf
menjadi inti dari makna lakon ini. Sehingga kedalaman dalam lakon ini adalah
titik tolak dimana fungsi dan peranan dalang dan wayang dikembalikan pada
fungsinya sebagai seni tontonan, tuntunan dan tatanan,” tegas Sang Dalang, Rabu
(30/07/14).
Mengapa wayang ajen ditanggap dan pentas di pesantren? Sang Dalang pun menjawab, Pertama karena apresiasi pesantren Sirnarasa terhadap eksistensi kesenian sangat terbuka dan luar biasa. Dengan agama hidup akan lebih terarah, dengan ilmu hidup terasa mudah, dengan amaliyah hidup terasa berkah, dengan Dzikir hidup terasa tenang dan damai, dengan seni hidup terasa indah.
Dalang
Wawan Ajen, selain menampilkan tokoh wayang golek Sunda pada umunya Ia akan
menampilkan tokoh-tokoh wayang baru, yaitu wayang seleb sebagai karya ciptanya,
untuk kepentingan daya tarik dan menghibur masyarakat, sengaja dibuatkan secara
khusus dalam mengusung lakon wayang sufi ini, seperti akan memunculkan
tokoh-tokoh wayang golek baru yang menyerupai dai-dai kondang Indonesia, yang
menjadikan kepenasaranan para penonton tentunya.
Mengapa wayang ajen ditanggap dan pentas di pesantren? Sang Dalang pun menjawab, Pertama karena apresiasi pesantren Sirnarasa terhadap eksistensi kesenian sangat terbuka dan luar biasa. Dengan agama hidup akan lebih terarah, dengan ilmu hidup terasa mudah, dengan amaliyah hidup terasa berkah, dengan Dzikir hidup terasa tenang dan damai, dengan seni hidup terasa indah.
“Sadar
akan fungsi dan makana seni wayang golek sebagai seni adilung yang mempunyai
kekuatan yang sangat filosofis dalam menyimpan dan mengungkap makna nilai-nilai
kearifan lokal,” katanya.
Kedua,
menurut Wawan Ajen, pertunjukan wayang ajen ini adalah sebuah simbol dalam
tapak tilas “nyalusur napak lacak” para wali Alloh, seperti yang dilakukan
Kanjeng Sunan Kalijaga dalam menyebarkan ajaran agama Islam melalui sentuhan
budaya khususnya seni pewayangan. Wayang mempunyai makna dan hak sejarah
sebagai sarana penyebaran agama Islam.
Dalam lakon Mustika Cupumanik Imandaya, menurut Wawan, adalah sebuah mustika yang diturunkan Dewa Guru dari Jagat Suralaya untuk keberkahan, keselamatan, kemulian umat manusia di marcapada. Siapa yang bisa memiliki Mustika tersebut Insya Alloh hidupnya penuh berkah kemulian lahir dan batin, akan menjadi insan kamil mukamil bila serius menekuninya.
“Siapakah
gerangan yang mendapatkan mustika tersebut yang berada di tangan Resi
Pamanahrasa di Patapan Kajembaran Rahmaniyah Pamagerasa? Kurawa atau Pandawa,
atau siapa? Simak saja dan saksikan pertunjukannya wayang ajen yang serba
spektakuler, Senin 4 Agustus 2014 mulai pukul 20:00 -selesai si panggung
Pesantren Sirnarasa Ciceuri, Ciomas, Panjalu Ciamis,” paparnya membuat
penasaran.
Dalang
Wawan Ajen yang juga kandidat doktor dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Padjajaran (Unpad) Bandung itu mempunyai peranan penting dalam memanggungkan
wayang ajen dengan gaya dan cara tersendiri yang menjadi ciri khasnya yang
berbeda dengan pertunjukan wayang lainnya.
Berbangga
dengan karyanya, Wayang Ajen semakin diapresiasi berbagai bangsa di mancanegara,
yang jelas sebagai eksistensinya selepas pertunjukan di pesantren Sirnarasa, akan
segera terbang memenuhi undangan untuk keduakalinya dari panitia International
Folk Festival 7-11 Agustus 2014 di Kota Bangalore India, dengan tema wayang
ajen menuju peradaban dunia. (cZ-01)*
1 Comments
sosialisasikan terus tuh..
ReplyDelete